KITAB
ADIPARWA
BAB
I
Menceritakan
isi dan ringkasan tiap-tiap parwa dalam Mahabarata, serta berisi
tentang peperangan keluarga Korawa dan Pandawa yang terkenal dengan
nama Bharatayudha. Diceritakan juga tentang Begawan Bhisma yang
menjadi senopati Kurawa selama 10 hari, dangyang Drona (Dorna) selama
5 hari yang dikalahkan oleh Dhrestojumeno, senapati Pandawa. Lalu
sang Karna menggantikan selama 2 hari dan dikalahkan oleh sang
Arjuna. Kemudian sang Salya menggantikan hanya setengah hari,
dikalahkan oleh sang Yudhistira. Sedangkan pada sore harinya sang
Duryudhana dikalahkan oleh sang Bhima.
BAB
II
Menceritakan
sang Srutasena melangsungkan korbn atas perintah maharaja Janamejaya.
Saat itu seekor anjing bernama Sarameya putra begawan Pulaha dan sang
Sarama, datang untuk melihat korban. Tapi sang Srutasena memukul
anjing tersebut. Sang Sarama datang mengutuk Maharaja bahwa korbannya
tidak akan sempurna. Untuk mencabut kutukan itu, Maharaja mencari dan
mendapatkan Brahmana sakti ayah dan anaknya, yaitu sang Srutasrawa
dan Somasrowa.
BAB
III
Menceritakan
begawan Dhonya yang menguji kesetiaan ketiga muridnya, yaitu sang
Arunika, sang Utamanyu, dan sang Weda. Sang Arunika disuruh untuk
bersawah. Akan tetapi air bah datang merusak pematang sawahnya dan
menggenangi bibit-bibitnya. Berulang kali pematang diperbaiki tapi
berulang kali pula rusak. Maka sang Arunika menggunakan badannya
untuk menahan air bah sebagai pengganti pematang sepanjang siang dan
malam. Akhirnya sang Arunika dianugerahi mantra sakti oleh gurunya.
Sang
Utamaya lebih menderita lagi. Ia yang seorang pengemis dilarang
meminta-minta ketika mengembala lembu. Selain itu juga dilarang
meminum sisa air susu waktu anak lembu menyusu pada induknya. Sang
Utama akhirnya hanya minum getah waduri yang menyebabkannya menjadi
buta. Namun sang Utama juga mendapat anugera berkat kesetiaan dan
ketaatannya kepada perintah gurunya. Demikian pula sang Weda yang
tidak kalah menyedihkan penderitaannya.
BAB
IV
Menceritakan
asal mula yang Agni (api) yang makan segala sesuatu tidak memilih
barang apa yang dibakarnya. Hal ini akibat kutukan begawan Bhregu,
karena menjadi saksi dusta atas peristiwa sang Pulomo, yang dulu
telah diserahkan kepada sang Duloma raksasa yang meminta isteri sang
Bhregu. Akhir cerita ini yaitu tentang sang Ruru yang menyerahkan
setengah umurnya kepada kekasihnya yang mati digigit ular, untuk bisa
hidup kembali.
BAB
V
Menceritakan
sang Astika, pahlawan para naga yang menyelamatkan mereka, terutama
naga Taksaka dari korban ular. Sang Astika merupakan putra sang
brahmana Jaratkaru. Pada awalnya Jaratkaru bertekad untuk tidak akan
kawin. Akan tetapi ketika melihat leluhurnya berada diantara surga
dan neraka, karena surga tidak dapat diperoleh oleh orang yang tidak
mempunyai keturunan, maka sang Jaratkaru mencari isteri yang namanya
sama dengannya. Akhirnya ia beristerikan Nagini, adik para naga yang
diberi nama Jaratkaru, karena mereka tahu, bahwa brahmana itulah yang
akan menurunkan pahlawan bagi mereka.
BAB
VI
Menceritakan
sang Winata dan sang Kadru bertaruh atas kuda Ukaihsrawa yang
menyebabkan sang Winata menjadi budak sang Kadru. Sang Winata
akhirnya dibebaskan oleh sang Garuda, anaknya dan sebagai syaratnya
adalah Amarta. Dalam bab VI ini diceritakan juga asal mula ular
mempunyai lidah yang bercabang dan sang Garuda menjadi kendaraan
batara Wisnu.
BAB
VII
Menceritakan
usaha para naga menghindarkan diri dari hukuman korban ular yang
telah pernah dikutuk ibunya sendiri. Pendapat yang terbaik adalah
pendapat Alipatra, bungsu para naga, karena ia ingat bahwa yang akan
membebaskan kutukan itu sang Jaratkaru. Pada waktu itulah sang
Basuki, pemimpin para naga menyerahkan adiknya, Nagini kepada sang
Jaratkaru untuk diperisterinya.
BAB
VIII
Menceritakan
maharaja Pariksit yang meninggal karena digigit naga Taksaka atas
perintah sang Srenggi, karena perbuatan maharaja mengganggu begawan
Samiti, ayah sang Srenggi, dengan mengalungi bangkai ular. Peristiwa
inilah yang menyebabkan adanya korban ular oleh sang maharaja
Janamejaya, putra maharaja Pariksit.
BAB
IX
Menceritakan
keadaan dan kesudahan korban ular, sesudah sang Astika mengambil
bagian dalam hal ini.
BAB
X
Menceritakan
penjelmaan para dewa yang kemudian menurunkan para Kurawa dan
Pandawa, dimulai dari asal-usul dan kelahiran sang Durgandini dan
saudaranya yang kemudian bernama Maswowati, raja di negara Wirata.
Diteruskan juga dengan cerita sang Sakuntala yang kemudian berputra
sang Bharata, dan menurunkan keluarga Bharata.
BAB
XI
Menceritakan
mantra sakti yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati, bahkan
yang sudah menjadi abu sekalipun. Diceritakan juga bahwa maharaja
Jayati memperisteri putra sang pendeta Sukra. Tetapi juga
mengambil budaknya sebagai isteri kedua, sehingga mendapat kutuk dari
mertuanya yang menyebabkannya menjadi tua sebelum waktunya. Tetapi
putranya, sang Puru sanggup mengganti kutukan itu. Sehingga sesudah
1000 tahun akan kembali menjadi muda, maka sang maharaja Jayati
kembali menikmati masa mudanya.
BAB
XII
Menceritakan
silsilah sang Pandawa dan Korawa, mulai dari sang Puru beristeri sang
Kosalya, berputra sang Janamejaya yang beristeri tiga orang. Juga
Kuru yang membuat tegal Kurusetra. Sampai pada Hasti yang membuat
negara Hastinapura, kemudian sampai pada nama Pratipa, Santanu,
Bhisma, Abiyasa, akhirnya sampai Korawa dan Pandawa. Diceritakan juga
tentang penjelmaan Astabasu, yang seorang diantaranya menjadi sang
Bhisma itu. Juga diceritakan kematian sang Ambo oleh sang Dewabrata
(Bhisma) dengan tidak sengaja. Juga tentang kebesaran jiwa sang
Bhisma meninggalkan wanita untuk selamanya agar ayahnya, maharaja
Santanu dapat kawin dengan Gandhawati.
BAB
XIII
Menceritakan
penjelmaan yang Yama menjadi sang Widura karena dahulu telah
menjatuhi hukuman kepada anak yang belum berumur 14 tahun. Karena itu
yang Yama dikutuk oleh para brahmana menjelma menusia yang mempunyai
cacat pincang sedikit.
BAB
XIV
Menceritakan
kelahiran Korawa dan Pandawa dan kedua keluarga itu sewaktu masih
kanak-kanak. Diceritakan juga bahwa perbuatan sang Bhima selalu
menimbulkan amarah sang Korawa, sehingga Korawa selalu berusaha untuk
memusnahkan mereka. Demikian pula tentang bergurunya kedua keluarga
itu kepada sang resi Durna serta pertandingan kesaktian
yang menyebabkan sang Karna dinobatkan menjadi raja di negara
Ngawangga (Angga).
BAB
XV
Menceritakan
sang Pandawa berdiam di Wanamarta. Di sanalah mereka menempati rumah
damar (bale segolo-golo), yang dibuat oleh Korawa dengan maksud untuk
meleburkan keluarga Pandawa dengan jalan membakar rumah mereka.
Lepas
dari rumah damar itu Pandawa masuk hutan belantara. Di sanalah sang
Bhima dapat membunuh raksasa Hidimba serta mengawini adiknya si
Hidimbi (Arimbi). Demikian pula kelahiran sang Gatotkaca dari
perkawinan itu. Akhirnya diceritakan juga raja raksasa pemakan
manusia sang Baka yang mati di tangan sang Bhima.
BAB
XVI
Menceritakan
sang Pandawa pergi ke Pancala ikut dalam sayembara dan berhasil
memperoleh sang Dropadi (Durpadi). Dalam rangkaian cerita ini,
diceritakan pula tentang kelahiran sang Parasara (Pancawala) yang
sudah tidak lagi menemui ayahnya, karena sudah mati dimangsa raja
Sodha yang sudah kerasukan raksasa Kingkara, dan berakhir dibagi
duanya negara Hastina untuk diserahkan kepada keluarga Korawa dan
Pandawa.
BAB
XVII
Menceritakan
sang Arjuna masuk hutan selama 12 tahun karena merasa melanggar
perjanjian dengan sanak saudaranya yang disaksikan oleh batara
Narada. Oleh karena itu atas kerelaannya sendiri ia masuk hutan. Di
sanalah ia bertemu dengan Ulupuy dan dewi Citragandha putri maharaja
Citradahana, kemudian memperisteri mereka. Dan pada bagian ini
diceritakan pula tentang perkawinan sang Arjuna dengan Subadra, adik
batara Kresna.
BAB
XVIII
Menceritakan
lahirnya Abimanyu sampai terbakarnya hutan Khandawa, tempat
persembunyian naga Taksaka sahabat sang Indra. Karena itu sang yang
Agni minta pertolongan sang Kresna dan sang Arjuna supaya menjaga api
pembakaran dan menghabiskan segala makhluk yang akan melarikan diri
dari tempat itu. Dalam peristiwa pembakaran itulah terdapat empat
ekor anak burung puyuh yang karena permohonan ayahnya kepada yang
Agni waktu meninggalkan hutan itu, mendapat selamat dan terlepas dari
pembakaran tersebut.
MAKNA
YANG TERKANDUNG DALAM KITAB ADIPARWA
Apabila
ketika kita mengambil keputusan, kita tidak boleh terburu-buru dan
janganlah kita mengambi dari satu sudut pemikiran saja, namun juga
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hal lainnya. Hal ini dapat
dilihat dari Drestarata yang mencintai keponakannya, secara
berlebihan mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota, tetapi ia
langsung menyesali perbuatannya tersebut yang terlalu terburu-buru,
sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya Hal ini menyebabkan
Duryodana iri hati dengan Yudistira.
Jika
kita memberikan suatu keputusan, terlebih dahulu kita harus
benar-benar mengetahui aspek yang menjadi dasar pertimbangan dalam
penentuan keputusan tersebut. Makna ini saya ambil ketika para
Pandawa yang memenangkan sayembara Dewi Dopadi, namun karna Kunti,
ibu para Pandawa sibuk dan langsung mnyuruh mereka berbagi tanpa
terlebih dahulu melihat apa yang mereka bawa.
Rela
berkorban demi menjalankan suatu kewajiban. Demi menjalani
kewajibannya melawan raksasa. Arjuna ikhlas dihukum 12 tahun
pembuangan karna melanggar kesepakatan ketika terpaksa mengambil
senjata pada ruangan yang pada saat itu Yudistira dar Dropata sedang
bermesraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar